Kamis, 28 Juli 2011

Indonesia Diproyeksikan Bisa Samai China

JAKARTA - Indonesia diproyeksi bisa menyamai China dalam 30 tahun mendatang. Futurolog George Friedman mengatakan, hal itu bisa tercapai apabila Indonesia mampu menstabilkan ekonomi dan politik.

George menilai, Indonesia merupakan negara yang unik sehingga mampu untuk bersaing di tingkat global. Dia menambahkan, investor asing akan mendapatkan banyak keuntungan apabila berinvestasi di Indonesia.

"Fakta bahwa negara-negara begitu cepat berubah tapi Indonesia mampu mempertahankan kestabilan politik dan ekonomi. Jika stabilitas ini tetap terjaga, maka Indonesia akan mempunyai banyak kesempatan untuk menyamai China," kata George, di sela-sela acara International Conference on Futurology “How the World will Change in the Next 30 Years: World Experts Talk about Global Trends and Forces that will Sweep the 21st Century”, di Jakarta, Kamis (28/7/2011).

Lebih lanjut George mengatakan, posisi China akan semakin memburuk. China, kata dia, tidak bisa menguasai pasar dalam negerinya sendiri. Sehingga harus terus meningkatkan kuota ekspor.

“Ditambah lagi, jumlah penduduk di China sangat tinggi. Penduduk di China penghasilannya kecil sekali sekira USD3 per hari, sehingga China semakin terbebani dengan rakyatnya yang miskin,” jelasnya.

Vice Chairman Citi, Global Head, Public Sector and Sovereign Wealth Funds Zubaid Ahmad mengatakan, dalam 30 tahun mendatang, masalah populasi akan menghambat perekonomian China. Sedangkan Indonesia dan India akan masuk dalam lima besar negara yang pertumbuhan ekonominya paling tinggi. Saat ini, kata Zubaid, posisi China memang bisa mengalahkan Amerika Serikat (AS), tapi hal itu tidak akan berlangsung lama.

“Dalam 10 tahun terakhir, Indonesia melakukan hal hebat dan mampu meningkatkan Produk Domestik Bruto (PDB). Tantangannya adalah mengambil jalur yang benar,” ucapnya.

Kendati demikian, menurut Zubaid, masalah kondisi infrastruktur dikhawatirkan bisa menghambat pertumbuhan ekonomi serta posisi Indonesia. Sehingga, hal itu harus segera diselesaikan.

“Infrastruktur dan politik menjadi pendorong perubahan ekonomi di masa depan. Kita harus mempunyai rencana jangka panjang,” kata Zubaid.

Hal senada diungkapkan oleh Ketua Komite Ekonomi Nasional (KEN) Chairul Tanjung. Chairul menjelaskan, saat ini, kondisi infrastruktur di Indonesia memang belum memadai. Namun, Chairul meyakini, pemerintah tengah berupaya keras untuk mengatasi masalah itu. Peran swasta, kata dia, juga dibutuhkan untuk berinvestasi di sektor infrastruktur.

“Aturan harus diperbaiki dan diubah. Kalau infrastruktur dibiyai swasta itu silahkan asalkan menguntungkan mereka,” kata Chairul.

Chairul menjelaskan, Gross Domestic Product (GDP) yang terus meningkat dari tahun ke tahun, menunjukkan bahwa perekonomian Indonesia terus mengalami pertumbuhan yang positif. Indonesia mempunyai masa depan yang cerah dan mampu bersaing di tingkat global.

“Indonesia tidak bisa diremehkan. Namun, jangan terlalu berharap banyak pada Indonesia. We don't want Indonesia sejajar dengan negara lain. Kami dan generasi muda percaya Indonesia lebih baik daripada negara lain,” kata Chairul.

Chairul optimistis, Indonesia bisa menjadi negara yang mempunyai peranan serta posisi penting dalam 30 tahun mendatang.

Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Gita Wirjawan mengatakan, Indonesia mampu mengelola kebijakan moneter dan fiskal dalam beberapa tahun terakhir. Sehingga, kata dia, tidak perlu dikhawatirkan akan terjadi inflasi dalam 30 tahun mendatang. Hal itu, kata Gita, bisa menjadi daya tarik investor untuk berinvestasi di Indonesia.

“Alasan kita khawatir dengan inflasi adalah kita konsumen beras terbesar per kapita. Kita telah menjadi negara yang demokratis dibanding beberapa tahun lalu. Apabila kita tidak mempunyai fundamental seperti politik maka akan menemui titik jenuh dalam ekonomi. Saat ini, kemampuan kita lebih mampu hadapi serangan. Kita tidak lebih rentan dibandingkan 2008,” kata Gita.

Duta Besar Indonesia untuk AS Dino Patti Jalal mengatakan, Indonesia bisa menjadi negara yang penting serta mampu bersaing di tingkat global, apabila mampu mengembangkan ideologi keunggulan dan ideologi persatuan.

“Ini semuanya sangat penting dan akan terus relevan untuk generasi yang akan datang. Kita perlu menggandakan ideologi persatuan dengan ideologi keunggulan yakni seperti idealisme dan inovasi,” kata Dino.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar